Pendapat Saya Tentang Transaksi Untuk Spekulasi

Defitra · dibuat pada 16/04/2025 · 15 min read · Jurnal Pribadi spekulasi dalam bertransaksi

Disclaimer

Artikel ini membahas tentang pendapat saya yang sifatnya subjektif ya. Pendapat saya bisa saja salah :)

Definisi spekulasi (menurut pribadi)

Sebelum masuk ke pembahasan lebih jauh, izinkan saya untuk mendefinisikan apa itu spekulasi. Sehingga tidak ada kesalahpahaman diantara kita.

Spekulasi adalah membayangkan keuntungan yang akan didapatkan di masa depan atas transaksi sesuatu. Dalam kasus tertentu, spekulasi bisa saja 99% berpeluang benar dan hanya 1% berpeluang salah.

Untuk memperjelas perbedaan spekulasi dan jual beli biasa yang saya maksud. Berikut adalah contoh studi kasusnya:

Spekulasi

Si A membeli madu dari Si X. Setelah harga di pasar naik, Si A menjual madunya kepada Si B. Maka Si A mendapatkan keuntungan. Ternyata setelah itu, harga madu turun karena di pasar lebih banyak yang menjual madu dibanding yang membeli madu. Si B merasa sedih karena ia tidak bisa menjual madu dengan harga yang lebih tinggi. Karena harga yang semakin turun, Si B menjual madu yang ia miliki pada harga saat itu kepada Si X. Si B menganggap menjual pada harga itu lebih baik daripada ia merugi lebih besar. Beberapa waktu kemudian, harga madu kembali naik. Si B merasa rugi karena menjual madu yang ia miliki terlalu cepat.

Bukan spekulasi

Si A membeli madu dari Si X. Si A membeli madu karena merasa madu memiliki manfaat untuk kesehatan. Si A membeli madu untuk dikonsumsi bersama keluarganya. Pada saat harga di pasar naik, Si A tidak menyesal karena memang niatnya membeli madu untuk dikonsumsi, bukan untuk mendapatkan selisih harga di masa depan.

Terlihat berbeda bukan? Dalam spekulasi yang saya maksud, barang berputar antar individu dengan cepat. Tidak ada individu yang benar-benar memanfaatkan barang sebagaimana tujuannya.

Sebelum membahas penerapan spekulasi lebih jauh. Mari kita mengingat kembali sejarah bagaimana kita antar manusia saling bertransaksi. Menurut saya ini penting untuk memahami hakikat asal “Kenapa kita bertransaksi sesama manusia”.

Sistem barter

Pada awalnya, kita melakukan perburuan untuk memperoleh makanan. Kemudian kita mulai bercocok tanam dan melakukan produksi. Seiring waktu berjalan, kadang-kadang kita membutuhkan barang yang tidak kita produksi. Sejak saat itu, kita mengenal sistem barter. Sistem barter dilakukan dengan mempertukarkan barang dengan barang. Misalnya Peternak Ayam dan Petani Padi saling bertukar ayam dan beras. Si Peternak mendapatkan beras dan Si Petani mendapatkan ayam. Tentunya dengan nilai yang sebanding. Hal sesimpel inilah yang sebenarnya mendasari kenapa kita saling bertransaksi. Tidak lain dan tidak bukan adalah untuk saling melengkapi satu sama lain. Tidak merugikan salah satu pihak dan jelas apa yang kita pertukarkan.

Oke, mari kita lanjutkan ke sistem alat tukar.

Sistem alat tukar

Bayangkan kita harus membawa ayam saat ingin membeli telur. Tidak mudah bukan? Dikarenakan pertukaran barang dengan barang dirasa tidak lagi mudah dilakukan, maka kita menggunakan alat tukar untuk mewakili nilai barang. Beberapa alat tukar seperti garam, gandum dan sejenisnya tidak memiliki masa simpan yang begitu lama. Oleh karena itu, emas dan perak menjadi alat tukar yang populer pada masanya. Sekarang, kita mengenal sistem uang fiat seperti Dolar, Rupiah, Ringgit dan lain-lain sebagai alat tukar. Kita menetapkan nilai kepada kertas yang kita sebut uang sebagai alat tukar serta ada otoritas yang menjaminnya, yaitu negara.

Berbagai skenario spekulasi

Transaksi mata uang fiat

Spekulasi dalam transaksi ini sebenarnya jarang terjadi. Biasanya kita menukar uang rupiah ke dolar karena memerlukan uang dolar untuk bertransaksi. Contohnya adalah saat kita berwisata ke negara lain atau saat melakukan kegiatan ekspor impor. Inilah hakikat tukar menukar mata uang yang sebenarnya.

Namun ada pula transaksi yang menukar mata uang bukan untuk menggunakan uang tersebut sebagaimana mestinya. Misalnya kita menukar uang rupiah ke dolar karena kita menganggap nilai rupiah akan melemah terhadap dolar sehingga kita bisa menjual dolar pada saat harganya menguat terhadap rupiah. Berbeda dengan wisatawan mancanegara maupun ekspor-impor, saya menganggap transaksi ini sebagai spekulasi. Karena mereka tidak punya kebutuhan apapun selain ingin mendapatkan keuntungan dari selisih harga beli jual.

Transaksi saham

Sederhananya, saham adalah surat tanda kepemilikan perusahaan. Pada saat kita membeli saham, sebenarnya kita sedang membeli suatu perusahaan. Dengan kata lain, kita menjadi pemilik di perusahaan tersebut. Walaupun kepemilikan kita sangat sangat kecil di perusahaan tersebut.

Transaksi saham pada dasarnya adalah bentuk modern dari proses kerja sama antar individu dalam berusaha. Bayangkan kita ingin bergabung ke dalam bisnis, tentu kita harus membayar sejumlah uang sebagai modal. Lalu apa yang kita dapatkan? Tentu saja bagi hasil atas usaha yang dijalankan, atau yang biasa kita kenal sebagai dividen.

Apakah seperti itu motivasi kita saat membeli saham? Kadang iya, kadang juga tidak. Seandainya saya sebagai trader, saya tidak membayangkan berapa bagi hasil yang saya dapatkan. Saya hanya membayangkan bahwa harga saham yang saya beli akan naik harganya. Saya tidak peduli dengan siapa saya bertransaksi. Saya hanya berharap menjual di harga tinggi dan membeli lagi pada saat harga yang lebih rendah. Menurut saya, orang yang membeli saham saya di harga tinggi seharusnya tahu risiko yang dia ambil. Lagipula orang tersebut secara sukarela membeli saham saya. Begitu pula dengan orang yang menjual sahamnya kepada saya di harga yang lebih rendah. Bagi saya tidak masalah membeli saham orang lain yang sedang cut loss. Ditambah lagi saya tidak tau dengan siapa saya membeli dan menjual saham.

Pasar modal bagi saya adalah tentang persaingan antar investor. Siapa yang memiliki analisis paling kuat (terlebih lagi punya akses informasi yang cepat dan handal), dialah yang akan menang.

Apabila kamu adalah orang yang tidak ingin seperti saya, kamu bisa membeli saham dengan niat memiliki perusahaan. Itu artinya kamu memahami fundamental dan percaya dengan perusahaan tersebut serta berkontribusi sebagai pemilik. Uangmu memang tidak masuk ke perusahaan (kecuali kalau kamu membeli saham IPO), tapi kepemilikannya berpindah langsung kepadamu (walaupun porsinya kecil). Atas kepemilikan itu, kamu berhak mendapatkan bagi hasil usaha yang dijalankan perusahaan (kalau ada).

Transaksi emas

Apa itu emas? Emas adalah logam mulia yang kita semua sepakat memiliki nilai, benar kan? Dulu, emas adalah alat tukar internasional. Sekarang kita tidak lagi menggunakan emas dan menggantinya dengan uang fiat sebagai alat tukar (seperti rupiah, dolar, euro, dan lain-lain).

Menurut saya, penggunaan emas di masa kini adalah sebagai alat penyimpan nilai alami. Maksudnya adalah jika kamu membeli kambing 100 tahun lalu menggunakan 4,25 gram emas, saya yakin kamu juga bisa membeli kambing dengan jumlah gram emas yang hampir sama (mungkin saja akan ada perbedaan karena inflasi). Selain alat penyimpan nilai, emas sebenarnya juga digunakan dalam industri elektronik.

Harga emas memang terus naik dari tahun ke tahun. Namun sebenarnya, nilai uang kertas yang menurun turut serta memberi ilusi seakan akan harga emas naik cukup drastis. Ditambah lagi emas dianggap menjadi pilihan “paling” aman dan simpel apabila perekonomian sedang tidak baik-baik saja. Contohnya pada saat pandemi covid19 dimana harga emas merangkak naik.

Disinilah kita seringkali berspekulasi. Kita membeli emas karena ingin mendapatkan selisih harga di masa mendatang. Jika harga emas naik, kita gembira. Namun ketika harga emas turun, kita bersedih. Seandainya kita membeli emas untuk menyimpan nilai, maka seharusnya harga emas yang naik turun tidak mempengaruhi suasana hati kita.

Transaksi bitcoin

Apa itu Bitcoin? Bitcoin adalah mata uang kripto yang dihasilkan apabila penambang (miner) atau validator berhasil memverifikasi transaksi. Ada begitu banyak mata uang kripto, tapi bitcoin salah satu mata uang kripto yang terkenal karena memiliki komunitas yang besar dan diisi oleh orang-orang yang kuat dan berpengaruh. Kemana mata uang kripto lainnya? Mereka tidak seberuntung bitcoin dan mata uang kripto besar lainnya. Mereka kembali ke nilai aslinya, yaitu mendekati 0 (nol).

Apa yang kita bayangkan saat membeli bitcoin? Apalagi kalau bukan kenaikan harganya. Mata uang kripto tidak memiliki underlying. Nilai mata uang kripto tidak didasarkan pada aset atau komoditas apapun di dunia nyata. Nilainya hanya bergantung pada tingkat penawaran dan permintaan. Bisa dibilang, semakin besar komunitas dan semakin banyak yang percaya dengan mata uang kripto, maka semakin tinggi nilainya.

Bitcoin hanya ada di dunia digital. Kalaupun di masa depan kita dapat mencetak fisik mata uang kripto, nilainya tetap tidak bisa diukur berdasarkan benda apapun. Kecuali ada otoritas berwenang yang menjamin nilainya sebagaimana mata uang fiat yang dijamin pemerintah atau mata uang kripto disandingkan dengan underlying tertentu.

Bitcoin adalah konsekuensi adanya teknologi blockchain. Saat kita bertransaksi dengan blockchain, ada pihak yang memverifikasi transaksi kita. Nah, imbalan bagi pihak tersebut adalah cryptocurrency + fee transaksi (jika ada). Blockchain memang teknologi yang sangat bermanfaat (tidak hanya tukar menukar mata uang kripto, bisa juga untuk smart contract). Tetapi mata uang kripto yang tidak didasarkan pada apapun menjadi sesuatu yang perlu kita diskusikan lebih lanjut. Seandainya kita bisa membuat mata uang kripto ini lebih stabil dengan menetapkan underlying tertentu, saya yakin teknologi ini semakin mantap untuk memudahkan kehidupan kita. Namun hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah tingkat partisipasi dalam blockchain. Jika kita menetapkan underlying terhadap mata uang kripto, apakah masih banyak pihak (komunitas, termasuk penambang dan/atau validator) yang masih percaya dengan blockchain? Ini adalah sesuatu yang perlu sama-sama kita matangkan.

Jika kamu ingin tahu lebih lanjut tentang bagaimana mata uang kripto dihasilkan, kamu bisa akses artikel saya yang berjudul Bagaimana cara kerja Blockchain.

Pengaruh teknologi

Teknologi semakin mempermudah kita untuk berspekulasi. Jika dulu saham masih dicetak dan memiliki bentuk fisik kertas, kini saham sudah berbentuk elektronik yang kapanpun bisa dicetak. Beli jual saham juga sangat mudah dilakukan melalui smartphone tanpa harus menelpon perantara pedagang efek (broker). Teknologi ini sangat memudahkan kita bertransaksi sekaligus menciptakan skenario baru dalam menghasilkan keuntungan.

Hal yang sama juga terjadi pada transaksi emas dan bitcoin. Begitu mudahnya kita memindahkan kepemilikan atas sesuatu. Jika di masa depan sertifikat tanah dipasarkan secara digital tanpa perlu pertemuan pembeli dan penjual untuk mengukur lahan, saya yakin beli jual tanah dapat dilakukan dalam hitungan bulan, hari, jam, bahkan menit layaknya trading.

Saya tidak anti teknologi. Faktanya, teknologi sangat bermanfaat dalam membantu manusia dan telah menyelesaikan begitu banyak permasalahan. Namun sesekali, kita harus merenung dan kembali kepada hakikat. Menurut saya, tidak semua hal perlu didigitalisasi. Misalnya penjual dan pembeli tanah harus tau ukuran dan lokasi tanah yang diperjualbelikan. Penjual dan pembeli seharusnya memiliki informasi yang sama secara proporsional terhadap sesuatu yang ditransaksikan. Penjual tidak seharusnya memanfaatkan ketidaktahuan pembeli atas barang yang ia jual. Meskipun transaksi dilakukan secara sukarela.

Kesimpulan

Jual beli yang sebenarnya adalah jual beli yang sama-sama menguntungkan kedua belah pihak. Seperti halnya barter di masa lalu, baik saya dan penjual sama-sama mendapatkan manfaat. Saya mendapatkan apa yang saya butuhkan dan penjual mendapatkan keuntungan.

Dalam transaksi mata uang fiat, saya akan mendapatkan mata uang asing agar bisa bertransaksi di negara bersangkutan. Dalam transaksi saham, saya akan mendapatkan dividen dan penjual saham mendapatkan modalnya + selisih harga. Dalam transaksi emas, saya mendapatkan emas fisik dan penjual emas mendapatkan keuntungan. Jadi, perubahan harga tidak mempengaruhi suasana hati. Kapanpun saya ingin membeli emas atau saham, saya tidak akan merasa terlambat untuk membelinya karena niat saya bertransaksi bukan sekadar selisih harga beli jual.

Author

Defitra Hidayatullah

Defitra Hidayatullah

Related Blog

Percayakah? Keberuntungan itu nyata

Jurnal Pribadi

Pernahkah kita mencapai sesuatu? Kemudian kita merasa bahwa pencapaian itu adalah hasil kerja keras kita? Melalui artikel ini, saya ingin membagikan cerita yang mungkin …

07/08/2024 - 5 min read

Perkenalkan saya Defitra Hidayatullah

Jurnal Pribadi

Halo, apa kabar kawan-kawan. Perkenalkan saya Defitra Hidayatullah. Silakan panggil saja saya defit atau defitra. Saya adalah pembuat blog ini. Melalui artikel ini, saya …

31/07/2024 - 5 min read

Perbedaan investor dan trader dalam konteks pasar saham

Pasar Modal

Kita seringkali mendengar istilah trader dan investor. Namun apakah keduanya merujuk pada orang yang sama? atau ada perbedaan antara keduanya? Oleh karena itu, pada …

10/08/2024 - 6 min read