Percayakah? Keberuntungan itu nyata
Defitra · dibuat pada 07/08/2024 · 5 min read · Jurnal Pribadi
Pendahuluan
Seiring bertambahnya usia, tentu sudah banyak hal yang kita capai. Misalnya seperti tamat sekolah, mendapat peringkat, menang lomba, berhasil menjual sesuatu dan lain-lain.
Dari sekian banyak pencapaian itu, sebenarnya apakah kita benar-benar berkontribusi pada pencapaian tersebut?
Jika ditanya, “berapa kontribusimu terhadap pencapaianmu saat ini?”. Tentu saja kita menjawab 70% atau 80% atau bahkan 95%. Kita menjawab demikian karena kita merasa telah berkorban banyak untuk mencapai sesuatu. Baik tenaga, waktu hingga pikiran.
Namun apakah itu benar? Apakah kita benar-benar berkontribusi sebesar itu atas pencapaian kita?
Untuk menjelaskan ini, mari kita simak ilustrasi berikut:
Kisah Perlombaan
Budi (nama acak) dan Doni (nama acak) sedang mempersiapkan diri untuk memperebutkan juara lomba matematika. Baik Budi dan Doni pada dasarnya memiliki kemampuan yang sama.
Budi belajar sangat keras karena ia sangat antusias memenangkan lomba tersebut. Sama halnya dengan Budi, Doni juga belajar dengan keras.
Dua hari menjelang lomba, Doni tiba-tiba jatuh sakit. Dokter mengatakan bahwa Doni ternyata memiliki alergi terhadap makanan tertentu. Sehingga hari itu, Doni harus beristirahat agar tubuhnya cepat pulih dan bisa mengikuti lomba.
Beruntungnya Doni, dia berhasil pulih dan mengikuti lomba pada hari H. Lomba berlangsung sengit dan pada akhirnya dimenangkan oleh Budi.
Penjelasan
Mari kita kupas kisah di atas. Kita tahu bahwa pemenang lomba tersebut adalah Budi. Bagi Budi, pencapaian itu sangat berarti baginya karena ia telah belajar dengan keras untuk lomba tersebut.
Sekilas, kita melihat bahwa kerja keras Budi adalah alasan utama kenapa Budi berhasil memenangkan lomba tersebut. Tapi kenapa kita tidak memperhitungkan kegagalan Doni? Bukankah kegagalan itu juga berkontribusi bagi kemenangan Budi?
Doni gagal karena ia memakan makanan yang membuat alerginya timbul sehingga tidak memiliki waktu mempersiapkan diri sebanyak Budi. Lantas, bukankah alergi yang dimiliki Doni dan makanan yang dimakan oleh Doni juga berkotribusi terhadap kemenangan Budi?
Jika kita lihat lebih jauh, dari jutaan orang, kenapa Budi bisa mengikuti lomba tersebut? dan kenapa di perlombaan tersebut, Budi dipertemukan dengan Doni? Pasti ada rangkaian peristiwa yang mengantarkan Budi dan Doni bertemu di lomba tersebut.
Kesimpulan
Renungkan ini kawan-kawan, segala peristiwa yang telah terjadi mengantarkan kita pada suatu tempat. Kita dilahirkan oleh siapa, dipertemukan dengan siapa, ditempatkan dimana hingga pengalaman yang kita alami, semuanya memiliki dampak terhadap pencapaian kita saat ini.
Bukan hanya itu, kegagalan orang lain juga memiliki kontribusi atas pencapaian kita. Seperti halnya kegagalan Doni yang berkontribusi terhadap keberhasilan Budi.
Tidakkah kita merasa betapa beruntungnya kita mengalami peristiwa tertentu di masa lalu?
Tidakkah kita merasa beruntung karena orang lain mengalami peristiwa tertentu pula di masa lalu?
Saya pribadi percaya, apa yang telah kita capai hari ini, sesungguhnya adalah suatu keberuntungan. Pengalaman yang kita alami adalah unik. Karena itulah, tidak ada alasan bagi kita untuk sombong atas pencapaian kita ataupun sedih atas kegagalan yang kita alami. Semua yang terjadi pasti ada hikmahnya :)
Terlihat bahwa keberuntungan itu bekerja secara acak ya kawan-kawan. Namun sebagai insan yang beragama, tentu kita tahu siapa yang mengatur keberuntungan itu.