Menilai kelayakan bisnis menggunakan Payback Period
Defitra · diperbarui pada 10/08/2024 · 3 min read · Manajemen
Intro
Dalam menilai suatu kelayakan bisnis, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan. Salah satunya adalah metode Payback Period. Metode ini adalah salah satu metode termudah untuk mengetahui apakah suatu bisnis layak untuk dijalankan atau diberi investasi.
Metode Payback Period pada dasarnya melihat seberapa lama suatu investasi dapat kembali. Dalam istilah kita sehari-hari, bisa dikatakan “kapan balik modal?”. Untuk lebih jelasnya, mari kita simak contoh studi kelayakan bisnis menggunakan payback period.
Contoh Soal/Kasus
Pak Budi (nama acak) dihadapkan pada 2 pilihan proyek yang harus dia pilih. Berikut adalah rincian proyeksi arus kas dari ke 2 proyek tersebut:
| Tahun | Proyek A | Proyek B |
|---|---|---|
| 0 | 450.000.000 | 450.000.000 |
| 1 | 50.000.000 | 150.000.000 |
| 2 | 60.000.000 | 150.000.000 |
| 3 | 90.000.000 | 150.000.000 |
| 4 | 130.000.000 | 150.000.000 |
| 5 | 180.000.000 | 150.000.000 |
Proyek mana yang harus dipilih oleh Pak Budi?
Pembahasan
Mari kita hitung kapan masing-masing proyek “balik modal”. Dapat dilihat pada tahun 0, baik Proyek A maupun Proyek B membutuhkan dana investasi sebesar Rp450.000.000.
Selanjutnya, kita hitung arus kas dari proyek A, sebagai berikut :
(Dalam Juta)
Tahun 1 = 50
Tahun 2 = 50 + 60 = 110
Tahun 3 = 50 + 60 + 90 = 200
Tahun 4 = 50 + 60 + 90 + 130 = 330
Tahun 5 = 50 + 60 + 90 + 130 + 180 = 510
Berdasarkan perhitungan tersebut, Pak Budi baru “balik modal” dalam waktu 5 tahun atau 4 tahun sekian bulan.
Adapun perhitungan arus kas proyek B adalah sebagai berikut :
(Dalam Juta)
Tahun 1 = 150
Tahun 2 = 150 + 150 = 300
Tahun 3 = 150 + 150 + 150 = 450
Tahun 4 = 150 + 150 + 150 + 150 = 600
Tahun 5 = 150 + 150 + 150 + 150 + 150 = 750
Berdasarkan perhitungan tersebut, Pak Budi sudah “balik modal” dalam waktu 3 tahun.
Jika kamu berada di posisi Pak Budi, proyek mana yang akan kamu pilih? Proyek yang balik modal 5 tahun atau 3 tahun?
Tentu saja, proyek B lebih direkomendasikan karena dapat mengembalikan imbal hasil lebih cepat. Jadi dapat disimpulkan bahwa berdasarkan metode Payback Period, Proyek B lebih direkomendasikan daripada Proyek A.
Catatan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kita dapat dengan cepat mengetahui alternatif bisnis mana yang dapat dipilih menggunakan metode Payback Period. Namun metode ini bukan tanpa kekurangan. Hal yang paling terlihat adalah bahwa Payback Period tidak memperhatikan nilai waktu uang.
Selain itu, apakah kamu dapat melihat dengan jeli apa lagi yang tidak diperhatikan oleh Payback Period berdasarkan contoh soal sebelumnya? Ya, jika kamu perhatikan, arus kas proyek A memiliki tren yang cenderung naik. Sedangkan arus kas proyek B cenderung datar-datar saja. Namun Payback Period merekomendasikan Proyek B. Disinilah kreatifitas kita dimainkan. Pada akhirnya, proyek mana yang dipilih bergantung pada preferensi masing-masing.
Kesimpulan
Payback Period dapat menjadi alternatif analisis kelayakan bisnis yang mudah, cepat dan objektif. Ada beberapa hal yang tidak diperhitungkan dalam metode ini, salah satunya nilai waktu uang. Penggunaan metode ini bersama metode yang lain dapat meningkatkan pengetahuan kita mengenai kelayakan suatu bisnis. Sehingga diharapkan menghasilkan keputusan yang optimal.
Tahukah kamu, ada metode lain yang mirip-mirip dengan metode ini, yaitu Break Even Point (BEP). Bagi kamu yang ingin tau lebih lanjut mengenai BEP atau titik impas, silakan baca artikel berikut ini.