Berkenalan dengan cara kerja pasar saham
Defitra · dibuat pada 07/08/2024 · 6 min read · Pasar Modal
Pendahuluan
Akhir-akhir ini, kita (luar biasa) banyak menerima informasi, salah satunya mengenai investasi. Pasar modal adalah salah satu tempat bagi kita untuk berinvestasi. Seringkali masih ada yang menyamakan pasar modal dan saham. Tapi sebenarnya kedua istilah tersebut berbeda.
Kalau kita ke pasar ikan, maka para penjual akan menjual ikan dan para pembeli akan membeli ikan. Sama halnya dengan pasar modal, pasar modal adalah tempat bertemu dan bertransaksinya penjual dan pembeli yang memperjualbelikan modal.
Apa saja modal atau produk yang diperjualbelikan? Ada banyak. Tapi secara umum ada 4, bisa berupa ekuitas (seperti saham), bisa berupa pendapatan tetap (seperti obligasi, sukuk), bisa berupa reksadana, dan bisa juga berupa derivatif (misalnya option, waran) (Bursa Efek Indonesia).
Khusus pada artikel ini, saya akan membagikan simulasi cara kerja pasar saham yang merupakan produk pasar modal paling terkenal sejagat.
Batasan
Pada artikel ini, saya hanya membahas transaksi pada pasar reguler ya kawan-kawan, yaitu jenis pasar yang tidak asing lagi bagi kita. Karena sebenarnya pasar saham itu ada pasar reguler, pasar negosiasi dan pasar tunai.
Oke, mari kita mulai pembahasannya.
Persiapan
Sebelum masuk ke simulasi, mari kita sederhanakan dahulu. Coba bayangkan kita masuk ke pasar ikan. Semua penjual menjual ikan dengan kualias yang sama persis. Dari sudut pandang kita sebagai pembeli, kira-kira kita mau membeli dengan harga lebih murah atau lebih mahal? Tentu saja kita ingin yang paling murah kaan.
Jadi, daripada kita berkeliling mencari penjual dengan harga paling murah, kita buat saja aturan bahwa penjual manapun yang menjual dengan harga paling murah berhak berjualan persis di pintu gerbang dan penjual dengan harga paling mahal harus berjualan di ujung pasar.
Kemudian mari kita lihat dari sudut pandang penjual, kira-kira penjual ingin menawarkan ikan ke pembeli yang mau membeli dengan harga tinggi atau rendah? Tentu saja dengan harga tinggi, kan penjual mau untung. Maka dibuat juga aturan bahwa pembeli manapun yang mau membeli dengan harga paling tinggi berhak mengantri masuk ke pasar paling depan.
Ilustrasi di atas kita sebut dengan istilah prioritas harga.
Oke, apakah sudah bisa dibayangkan kawan-kawan? Mari kita lanjut ke simulasi.
Simulasi pasar saham
Misalnya Ani, Budi, Caca, dan Doni ingin menjual saham. Sedangkan Toni, Ulfa, Vivi dan Wina ingin membeli saham. (Semuanya adalah nama acak).

Dari sisi penjual:
- Ani mau menjual 5 lembar sahamnya seharga 1300
- Budi mau menjual 2 lembar sahamnya seharga 1200
- Caca mau menjual 2 lembar sahamnya seharga 1200
- Doni mau menjual 2 lembar sahamnya seharga 1000
Dari sisi pembeli:
- Toni mau membeli 1 lembar saham jika harganya 900
- Ulfa mau membeli 3 lembar saham jika harganya 850
- Vivi mau membeli 2 lembar saham jika harganya 800
- Wina mau membeli 1 lembar saham jika harganya 700.
Berdasarkan prioritas harga, maka urutan penjual yang mendapat tempat paling depan adalah Doni, disusul Caca dan Budi. Meski Caca dan Budi menawarkan dengan harga yang sama, Caca berada di depan Budi karena Caca lebih dulu menawarkan dengan harga tersebut. Ini disebut dengan prioritas waktu. Sedangkan Ani yang menawarkan sahamnya dengan harga paling mahal harus mengantri paling belakang.
Sedangkan urutan pembeli yang mendapat tempat paling depan adalah Toni. Diikuti oleh Ulfa dan Vivi. Sedangkan Wina paling akhir karena meminta saham dengan harga terendah.
O iya, antrian paling depan maksudnya antrian yang paling dekat dengan garis di tengah ya kawan-kawan. Anggap saja garis di tengah itu pintu masuk pasar atau kotak transaksi atau semacamnya. Beginilah gambar antriannya:

Harga yang ditawarkan penjual kita sebut Ask. Sedangkan harga yang diminta pembeli kita sebut bid. Volume adalah jumlah saham yang ingin dijual maupun dibeli. Sedangkan garis di tengah kita sebut saja area dimana transaksi terjadi.
Suatu ketika, Elsa (nama acak) ingin menjual saham miliknya karena sedang membutuhkan uang. Dikarenakan Elsa tidak ingin mengantri, maka Elsa bersedia menjual 1 lembar sahamnya kepada Toni. Oleh karena itu, keduanya bertemu di kotak transaksi. Seperti gambar di bawah ini:
Catatan: aslinya kita membeli saham pakai satuan lot ya kawan-lawan, 1 lot = 100 lembar saham

Jika kita buat grafik candle stick, maka transaksi Toni dan Elsa akan seperti ini:

Beberapa waktu kemudian, Xavier (nama acak) ingin membeli saham. Karena tidak mau mengantri, Xavier bersedia membeli 1 lembar saham milik Doni seharga 1000. Sehingga transaksinya menjadi seperti berikut:

Lho, kenapa nama Doni masih ada di antrian? Karena Xavier hanya membeli 1 lembar ya. Jadi Doni masih memiliki 1 lembar saham yang mau ia jual. Jika ditulis pada grafik candle stick, maka transaksi Xavier dan Doni terlihat seperti ini:

Kenapa grafiknya hijau? Karena harga transaksi terbaru lebih tinggi dari transaksi sebelumnya. Jika saja transaksi Xavier dan Doni lebih rendah dari transaksi pertama (transaksi Elsa dan Toni), maka candle stick akan berubah jadi warna merah.
Karena masifnya transaksi di pasar saham, maka grafik ini akan terus bergerak dinamis ya kawan-kawan. Satu candle bisa mewakili satu bulan, minggu, atau 1 hari seperti gambar berikut ini:
Bahkan 1 candle bisa juga mewakili satu menit atau satu jam.

Penutup
Sekarang kita sudah tau bagaimana transaksi di pasar saham terjadi. Sekilas, bukankah transaksi saham di pasar reguler mirip dengan lelang? Ya, memang transaksi saham di pasar reguler menggunakan sistem lelang ya kawan-kawan.
Oke, tibalah kita di penghujung artikel ini. Semoga pembahasan ini bisa menjadi wawasan dan membuka pintu keingintahuan kawan-kawan semua tentang investasi ya :)